rumahkaryabersama.com. Diskop UKM Kutim Belajar Ke Sm-art Batik, Inovasi Lilin Berbahan Sawit – Dalam upaya mendorong inovasi dan pengembangan sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Kutai Timur (Kutim) melakukan studi tiru ke sentra produksi batik Sm-art Batik yang terletak di Kecamatan Lendah, Kabupaten Kulon Progo. Kegiatan ini dipimpin oleh Sekretaris Kabupaten (Seskab) Rizali Hadi yang turut didampingi oleh Kepala Dinas Koperasi dan UKM Teguh Budi Santoso, serta Kepala Bidang Kelembagaan UKM Firman Wahyudi.
Kunjungan yang berlangsung pada Kamis (7/11/2024) lalu, bertujuan untuk mempelajari penggunaan lilin berbahan sawit sebagai malam batik, sebuah inovasi yang telah dikembangkan oleh Sm-art Batik sejak pertengahan tahun 2023.
Inovasi lilin berbahan sawit tersebut dilakukan untuk mengurangi ketergantungan pada lilin parafin yang sebagian besar masih diimpor, sekaligus memanfaatkan bahan baku dalam negeri yang lebih ramah lingkungan.
Sebagai informasi, batik bukan hanya lembaran kain bergambar. Batik sebetulnya lebih menekankan pada teknik, simbol, dan kebudayaan. Teknik ini berkenaan dengan pewarnaan kain katun dan sutra dengan tangan (hand-dyed) yang berasal dari Indonesia. Menggunakan malam atau lilin, batik ditera atau dibubuhkan pada kain sebagai perintang warna. Melalui teknik ini, terbentuk gambar yang menyimbolkan suatu budaya. Pada perkembangannya, beberapa motif batik, kemudian jadi motif larangan atau hanya boleh dikenakan oleh kalangan khusus di lokasi tertentu.
Sejak pertengahan tahun 2023, Sm-art Batik menjadi mitra Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP KS) dalam pengembangan industri batik sawit guna mendorong hilirisasi industri sawit berkelanjutan. Saat ini, Smart Batik telah menggunakan Batik Malam yang diproses dari limbah pengolahan minyak sawit dan pewarna alami dari komponen tanaman sawit.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kutai Timur Teguh Budi Santoso, menyampaikan bahwa pihaknya tertarik untuk mempelajari penggunaan lilin sawit dalam pembuatan batik, karena selain ramah lingkungan, bahan ini juga lebih ekonomis.
“Melalui inovasi yang cukup jenius ini, Kami berharap teknologi ini bisa diadopsi oleh koperasi-koperasi batik di Kutai Timur, sehingga produk batik yang dihasilkan bisa bersaing dari segi kualitas dan lebih ramah lingkungan. Di Kutim sendiri, untuk menemukan bahan baku sawit tidak lah sulit, sebab di Kutim banyak perkebunan Kelapa Sawit,” ujar Teguh.
sementara CEO Sm-art Batik, Miftahudin Nur Ihsan, menjelaskan bahwa penggunaan malam sawit memiliki berbagai keunggulan, baik dari segi kesehatan maupun kualitas produksi. Menurutnya, malam sawit lebih aman bagi pembatik karena tidak menimbulkan dampak buruk pada pernapasan, seperti yang sering terjadi dengan penggunaan lilin parafin.
“Malam sawit ini lebih mudah diaplikasikan pada kain, sehingga pembatik bisa bekerja dengan lebih nyaman dan aman,” ungkap Miftahudin.
Pria kelahiran 11 Agustus 1993 ini lantas membeber potensi pasar batik sawit yang menurutnya bagus. Sebab ini merupakan gebrakan baru di dunia batik dan kelapa sawit. Membidik generasi muda, Ihsan ingin batik dan industri sawit dapat lestari bersama. (adv/kominfo/5)