rumahkaryabersama.com. Atasi Permasalahan Sampah Di Kutim, Dewan Contohkan Balikpapan Kota Terbaik Pengelolaan Sampah – Persoalan pengelolaan sampah di Kutai Timur (Kutim) terus mendapat sorotan dari berbagai pihak, karena Pemerintah Daerah dianggap belum mampu mengelola sampah dengan baik. Salah satu indikatornya terlihat belum adanya tempat pembuangan akhir (TPA) yang representatif dan ramah lingkungan.
Anggota DPRD Kutim dari Fraksi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) Sobirin Bagus menyebut, Pemerintah Daerah seharusnya sejak awal sudah memiliki (Sustainable Development Goals) atau program berkelanjutan untuk mengatasi dan menangani persoalan sampah, terutama di wilayah perkotaan.
Selain itu, perlu adanya inovasi dan melibatkan berbagai pihak untuk mengatasi persoalan sampah yang jumlahnya terus mengalami peningkatan.
Salah satunya di sebabkan karena pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat di Kutai Timur dan menjadi perkembangan wilayah yang berdampak dengan peningkatan produksi sampah.
“Perlu adanya inovasi, selain itu pemerintah bisa melakukan studi atau belajar ke daerah lain yang sudah sukses dalam pengelolaan sampah. Contohnya Kota Balikpapan,” ujarnya.
Menurut Politisi dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tersebut, meskipun wilayahnya kecil, namun Balikpapan mampu mengelola sampah dengan baik. Selain itu, dengan luas yang hanya 530 kilometer persegi. Balikpapan mampu menyediakan lahan seluas 40 hektare untuk TPA yang terbagi menjadi 7 zona. “Jadi, zona 1 sampai 6 itu sudah penuh dan sekarang memasuki zona terakhir,” ungkap Sobirin Bagus.
Kemudian, untuk meminimalisir dampak lingkungan yang ditimbulkan akibat adanya TPA, Pemkot Balikpapan juga menanam pohon di sekitar lokasi TPA untuk membantu mengurai dan menambah kesan sejuk.
Atasi Permasalahan Sampah Di Kutim, Dewan Contohkan Balikpapan Kota Terbaik Pengelolaan Sampah
“Nah, pohon – pohon itu membantu mengurangi dampak bau yang ditimbulkan, sehingga dilihat dari luar seperti hutan, bukan tempat pembuangan sampah,”kata Sobirin.
Selain itu, dirinya juga terkesan dengan inovasi yang di lakukan oleh pengelola sampah yang mampu menghasilkan daur ulang sampah menjadi barang yang cukup bernilai yakni gas alternatif (Biogas) yang berupa gas metana dan digunakan sebagai pengganti Liquified Petroleum Gas (LPG).
“Yang sangat fantastis itu, sampah organik yang telah diolah akan menjadi gas metana sebagai pengganti LPG, dan ternyata sudah ada 380 Kartu Keluarga (KK) yang bisa menggunakan secara gratis,”katanya. (adv/dprd/5/wa)