SANGATTA. Tingkatkan Konsumsi Daging Sapi Masyarakat, Apansyah Minta Adanya Pendampingan dari Dinas Terkait – Rumah Potong Hewan (RPH) adalah suatu bangunan atau kompleks bangunan dengan syarat tertentu, yang digunakan sebagai tempat memotong hewan bagi konsumsi masyarakat umum, serta digunakan sebagai tempat memotong hewan potong selain unggas, serta sebagai unit/sarana pelayanan masyarakat dalam penyediaan daging sehat.
Sebagai bentuk upaya dalam meningkatkan efisiensi dan memastikan kualitas daging yang dihasilkan. Pendirian RPH di Kabupaten Kutai Timur Kutim), harus mendukung tingkat produksi peternak di Kutim, serta harus disertai dengan pendampingan para peternak di Kutim.
Hal tersebut diungkapkan oleh Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kutai Timur Apansyah, belum lama ini.
Fungsi RPH secara umum merupakan fasilitas atau sarana tempat berubahnya bentuk sapi menjadi karkas atau daging sapi dan bagian-bagian lainnya, serta semua sapi yang dipotong harus dilakukan di RPH.
Penyediaan daging sapi melalui jasa RPH dilakukan dengan prosedur pemotongan yang benar melalui pemeriksaan antemortem dan postmortem dalam upaya memproduksi daging yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh, dan Halal) dengan memperhatikan kesejahteraan hewan.
“Saya ingin pengembangan RPH itu ya tentunya juga harus disertai pendampingan para peternak di Kutim,” ucap Apansyah.
Apansyah, yang dikenal sebagai alumni Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) tersebut dan menjelaskan bahwa saat ini yang harus menjadi fokus juga adalah produktifitas para peternak di Kutim. Oleh karena itu, diperlukan pendampingan dan peningkatan infrastruktur yang lebih memadai, termasuk RPH yang sesuai dengan perkembangan tersebut.
Tingkatkan Konsumsi Daging Sapi Masyarakat, Apansyah Minta Adanya Pendampingan dari Dinas Terkait
“Nah bagaimana RPH nya mau jalan kalau yang dipotong tidak ada, kan itu masalahnya, itu salah satu juga berkaitan dengan STIPER tadi peternakan,” ujarnya
Menurutnya, dengan membangun rumah potong hewan yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan sektor peternakan, produktivitas peternakan di Kutai Timur dapat ditingkatkan. Dia berpendapat bahwa dengan adanya fasilitas pemotongan hewan yang modern dan efisien, peternak akan didorong untuk meningkatkan kualitas dan jumlah produksi mereka.
“Kita ketahui bahwa dari 18 kecamatan di Kutai Timur tidak ada peternakan yang permanen. Yang ada sifatnya hanya musiman saja. sementara permintaan akan daging ternak seperti sapi, unggas dan lainnya cukup tinggi dan kebutuhan daging kita hanya berapa persen saja yang bisa dipenuhi,” pungkasnya.