80 Istri ASN Ikut Pelatihan Membatik Gelaran Dharma Wanita –Dinas PPPA

pampflet RKB

37099F37 2414 42DA A1C6 FA75607D3C84RUMAHKARYABERSAMA.COM, SANGATTA – Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) bekerja sama dengan Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kutai Timur, menggelar workshop membatik di workshop Batik Maju Bersama, Kabo Jaya, Desa Swarga Bara, Selasa (6/8/2019).

Kegiatan bertema Keikutsertaan Wanita dalam Pembangunan dengan tajuk Menjaga Kearifan Lokal melalui Batik, diselenggarakan dalam rangka menyambut HUT ke 74 RI dan Hari Batik Nasional 2 Oktober mendatang.

7E302227 D9A4 4DFE 8F2A 310AE987D7C4Di hadapan sekitar 80 peserta yang merupakan perwakilan istri ASN dari seluruh SKPD di lingkungan Pemkab Kutai Timur, Sekkab Kutim Drs H Irawansyah M Si yang membuka kegiatan ini mengatakan Pemkab Kutim sangat mendukung adanya pelatihan yang bertujuan mengembangkan kemampuan dan keterampilan wanita.

“Kegiatan ini banyak diminati dan sangat bermanfaat. DWP dan Pemberdayaan Perempuan satu link. Peningkatan pendidikan, kualitas dan pemberdayaan perempuan di Kutim, perlu dilakukan agar bisa berkreatifitas dan berdaya, yang pada akhirnya bisa meningkatkan ekonomi para anggota DWP Kutim,” kata Irawansyah.

Ia pun menyarankan ada spesialisasi kemahiran tertentu. Tidak semua hanya pandai membatik saja. Tapi, ada juga yang memiliki keterampilan membuat tas, dompet serta aksesoris. Sehingga bisa dipadukan.

Sebelumnya, Ketua DWP Kutim, Sri Andayani mengatakan kegiatan membatik merupakan realisasi cita-cita dirinya, untuk mendirikan workshop DWP Kutim. Sebagai wadah pengembangan keterampilan dan kreativitas anggota yang bisa memberi nilai tambah secara ekonomis. Salah satunya dengan membatik.

“DWP Kutim sudah menggelar lomba design batik khas DWP Kutim yang diikuti anak-anak ASN kita. Batik tersebut bisa digunakan sebagai seragam DWP Kutim. Dari hasil design tersebut, saat ini kita gelar pelatihan membatik,” kata Sri Andayani.

Harapannya, kata Sri, DWP Kutim bisa ikut serta melestarikan batik sebagai warisan budaya bangsa. Apalagi batik juga sudah tercatat sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan non bendawi oleh Unesco. “Ke depan DWP Kutim akan bekerja sama dengan sekolah lainnya di Kutim, agar lebih banyak yang berpartisipasi untuk melestarikan budaya lokal Kutim, melalui batik khas Kutim,” ujarnya.

Dari pelatihan membatik, DWP Kutim juga akan mengembangkan potensi para anggota untuk belajar membordir dan menjahit. Agar dapat menumbuhkan ekonomi produktif yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga maupun masyarakat.

“Kebetulan peralatan untuk bordir dan menjahit sudah tersedia dan workshop-nya pun sudah ada. Jadi semua berkesinambungan, mulai dari ketersediaan kain, menjahitnya dan membordir,” ungkap Sri.

Pelatihan satu hari ini, para peserta akan mendapat pengenalan tentang batik, terutama motif batik khas Kutim. Setelah itu, belajar membuat pola, baru mencanting pola tersebut. Kemudian, dilanjutkan dengan pewarnaan menggunakan pewarna sintetais dengan sistem coet, bukan mencelup.(advertorial/Diskominfo Perstik Kutim/*4)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *