2.088 Anak Lahir Kerdil, Pemkab Kutim Bentuk Tim Khusus

1f200e6a 9e0c 49b0 9cf9 1f8a03bfbbb1
LogoLicious 20190401 161710
Wabup Kasmidi Bulang memimpin coffe morning didampingi Asisten III

RUMAHKARYABERSAMA.COM, SANGATTA – Masalah stunting telah menjadi perhatian pemerintah pusat, karena itu pemerintah akan fokus untuk menurunkan jumlah kasus tersebut. Masalah stunting harus diselesaikan secara terintegrasi dengan lintas sektor.

Di Indonesia, stunting disebut kerdil, artinya ada gangguan pertumbuhan fisik dan pertumbuhan otak pada anak. Anak stunting dapat terjadi dalam 1.000 hari pertama kelahiran dan dipengaruhi banyak faktor, di antaranya sosial ekonomi, asupan makanan, infeksi, status gizi ibu, penyakit menular, kekurangan mikronutrien, dan lingkungan.

Dalam Coffee Morning yang dipimpin Wabup H Kasmidi Bulang ST MM didampingi Asisten Administrasi Umum, Ir H Yulianti, Senin (1/4/2019), permasalahan stunting turut menjadi pokok bahasan. Pasalnya, jumlah angka stunting di Kabupaten Kutim dilaporkan terus meningkat, yakni dengan varitas stunting sebesar 2.088 dari jumlah balita sebanyak 33.194 anak.

LogoLicious 20190401 161754

“Kejadian stunting suka tidak suka tidak bisa kita tolak ini data, jika data yang berbicara harus kita lawan dengan data. Artinya kita harus cepat menurunkan angka stunting di Kabupaten Kutim,”kata Kasmidi Bulang.

Bedasarkan pedoman teknis, tim koordinasi penanganan kasus stunting diketua Sekretaris Daerah atau Bappeda. Sehingga harus segera dikoordinasikan. Karena hal ini juga menyangkut pencairan dana desa. Jika desa tidak memiliki data stunting, maka pencairan dana desa akan terkendala.

“Besok, Selasa (2/4/2019), saya harap sudah ada rapat mengenai hal ini dengan dihadiri OPD terkait. Seperti Dinkes, Disdik, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Dinas Pengendalian Penduduk dan KB, Disdukcapil, Dinsos, Bapemas Pemdes serta Dinas Ketahanan Pangan. Minimal dihadiri Kepala OPD atau Sekretaris,” ujar Kasmidi.

Beberapa waktu lalu Dinkes Kutim telah mengikuti sosialisasi strategi nasional percepatan penurunan stunting. Beranjak dari hal itu, dilakukan penghimpunan data ke tingkat kecamatan. Hasilnya, kasus Stunting di Kutim sekitar 8,60 persen dengan jumlah varitas stunting sebesar 2.088 dari jumlah balita sebanyak 33.194 anak

“Dari 18 kecamatan, tingkat prevalensi stunting rata-rata 8,60 persen. Satu kecamatan terdapat status stunting di atas standar yang ditetapkan WHO, yakni maksimal 20 persen. Yakni, Kecamatan Teluk Pandan dengan tingkat pravelensi 27,1 persen. Sisanya masih di bawah 20 persen,” ungkap Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat di Dinkes Kutim, Adianto Hermawandi.

Meski demikian, ada tujuh kecamatan yang tingkat prevalensinya di atas prevalensi kabupaten yang berada di angka 8,60 persen. Yakni, kecamatan Bengalon, Kongbeng, Sangatta Selatan, Busang, Batu Ampar, Muara Bengkal dan Long Mesangat.

“Tujuh kecamatan tersebut masuk kategori hati-hati. Apabila tidak dilakukan intervensi dan monitoring lanjutan, maka tujuh kecamatan ini akan semakin bertambah persentase stuntingnya,” ungkap Adianto.(advertorial/Diskominfo Perstik Kutim/*5)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *