RUMAHKARYABERSAMA.COM, SANGATTA – Mempersiapkan batik Kutim ke ajang bergengsi Indonesian Fashion Week (IFW) 2019, bukan perkara mudah. Membutuhkan ketelitian dan inspirasi lebih demi terciptanya karya yang terbaik.
Lia Afif mengaku membuat batik Kutim menjadi busana muslimah yang indah dan nyaman, cukup rumit. Selain itu, pasokan bahan batik pun sangat sedikit. Karena ia sengaja meminta batik tulis dengan pewarna alam yang dijadikan bahan untuk menuju IFW 2019.
Namun, semua kendala akhirnya bisa terlewati. Kamis (21/3/2019), gaun bertema Borneo ditampilkan dalam sesi pemotretan yang diambil di tiga lokasi di Sangatta. Telaga Batu Arang, Masjid Agung Al Faruk dan Kantor Bupati Kutim.
Kain bermotif paku, akaroros, beringin duduk dan burung enggang yang sebelumnya hanya berbentuk kain, kini sudah berpadu padan dengan warna –warna berani yang membalut tiga model yang khusus dibawa Lia Afif ke Sangatta untuk memperagakan karyanya.
Seperti diketahui, menggandeng Lia Afif, Pemkab Kutim akan menampilkan batik khas Kutim di ajang IFW 2019 di Jakarta, 28 Maret mendatang. Tak kurang 10 busana muslim dengan corak khas Kutim dan Kaltim, ditampilkan dalam konsep Rancakaroros Resitala. Sebuah konsep yang inspirasinya berasal dari corak lukisan maupun gambar milik suku Dayak khas Kalimantan, yakni Dayak Basap yang merupakan sub suku Dayak Punan.
“Kata Rancak, bahasa Kutai berarti sering, akaroros atau akar yang menjuntai kerap menjadi motif lukisan suku basap di pedalaman Kutim. Sedangkan recital artinya pertunjukan. Jadi, Rancakaroros Resitala adalah persembahan untuk wanita Indonesia yang ingin tampil cantik, membawa kemegahan budaya Kutai Timur, untuk mendunia. Konsep ini kami kembangkan hasil kolaborasi bersama para perajin batik Kutim, Pemkab Kutim dan perusahaan pendukung yakni, PT KPC,” kata Tirah.(advertorial/Diskominfo Perstik Kutim/*4)